Pencarian

Custom Search

Thursday, October 22, 2015

BUKU ROHANI: 100 PERISTIWA PENTING DALAM SEJARAH KRISTEN

Buku ini menuliskan sejarah-sejarah kekristenan. Judul bukunya adalah Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen . Sumber: https://books.google.co.id/books?id=oGFFNbHiABkC&lpg=PP1&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q&f=false

Semoga bermanfaat. Syalom.

Saturday, August 29, 2015

GAYA KEPEMIMPINAN YANG BERTENTANGAN DENGAN ALKITAB

Sumber: Renungan Harian Manna Sorgawi
Pada Artikel sebelumnya yaitu mengenai Gaya Kepemimpinan Alkitabiah, kita telah mempelajari beberapa gaya kepemimpinan yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus. Sekarang kita akan membahas mengenai kebalikan dari hal itu yaitu Gaya kepemimpinan yang bertentangan dengan Alkitab. Berikut ulasannya:
Dalam dunia di Zaman sekarang ini telah terjadi krisis di dalam kepemimpinan, termasuk kepemimpinan di dalam gereja Tuhan. Ada empat kesalahan yang umumnya terjadi di dalam kepemimpinan seseorang. Kesalahan tersebut menjadi gaya kepemimpinan yang bertentangan dengan Alkitab, yaitu sebagai berikut:

Menjadi Penguasa dan Bukan Pemimpin

Kebanyakan para pemimpin yang memegang tampuk pimpinan terjebak untuk menjadi Penguasa dan bukan pemimpin yang melayani. Mereka menjadi penguasa, artinya mereka menjadi eksklusif dan tidak lagi membina komunikasi yang harmonis dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Mereka menjadi Penguasa, artinya mereka menjalankan kepemimpinan mereka dengan keras, dengan tangan besi, ancaman, kata-kata yang kasar dan tidak memperhatikan hak dan kepentingan orang-orang lain. Mereka menjadi penguasa, artinya mereka minta dilayani dan memanfaatkan semua yang ada di sekitarnya untuk kenyamanan dirinya sendiri. "Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu yang ada di sorga dan Ia tidak memandang muka." (Efesus 6:9). "Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang memberi laba yang tidak mahal, memperpanjang umurnya." (Amsal 28:16).
Pemimpin yang memimpin dengan gaya seorang penguasa yang seenaknya, yang mau menang sendiri, yang menggunakan ancaman dan kata-kata yang kasar , yang selalu mau diutamakan - hanya akan menciptakan rasa tidak simpati dari bawahan atau jemaatnya. Mereka taat hanya karena terpaksa dan sewaktu-waktu akan muncul dalam berbagai wujud, seperti: kemalasan atau ogah-ogahan dalam bekerja, mengurangi mutu pekerjaan dan lain sebagainya.

Menjadi Manajer dan Bukan Pemimpin

Seorang pemimpin harus dibedakan dengan seorang manajer. Tugas seorang pemimpin jauh lebih luas dari tugas seorang manajer yang lebih ke arah mengatur dan mengarahkan tugas hari demi hari. Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang lebih luas karena dituntut untuk dapat menjelaskan misi dan menjabarkan visi ke depan berupa sasaran-sasaran yang akan dicapai beserta strategi untuk mencapainya, memberikan motivasi dan menerapkan nilai-nilai yang akan diberlakukan di dalam suatu kelompok tertentu. Jika seorang pemimpin hanya berlaku seperti seorang manajer, maka dapat dipastikan organisasi yang dipimpinnya hanya berjalan di tempat sementara organisasi lain melaju jauh ke depan. Organisasi yang hanya berjalan di tempat, sebenarnya adalah organisasi yang mundur jika dipandang dari sudut organisasi lain yang maju pesat. Penetapan misi, visi, strategi dan nilai-nilai menjadi tugas seorang pemimpin yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. "Jikalau tidak ada pimpinan (yang bijak, Contemporary English Version), jatulah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14).

Mementingkan Kepentingan Sendiri dan Bukan Kepentingan Kelompok atau Organisasi

Salah satu penyebab masih terpuruknya bangsa Indonesia hingga kini adalah karena masing-masing pemimpin bangsa ini hanya memikirkan kepentingannya masing-masing dan tidak memikirkan kepentingan kelompok atau orang banyak. Mereka tidak segan-segan melanggar peraturan, korupsi, menindas atau menyingkirkan orang-orang yang tidak sehaluan dengan mereka.
Demikian juga yang terjadi pada kepemimpinan di dalam dunia kerja dan gereja Tuhan, tidak sedikit kita temui pemimpin-pemimpin yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Mereka tidak lagi memikirkan panggilan mereka sebagai seorang pemimpin yang harus membawa kelompok atau organisasinya dan semua orang yang berada di dalamnya untuk lebih maju ke depan, namun mereka sibuk memikirkan kenyamanan dan kepentingan diri dan keluarganya sendiri.
Benih kehancuran segara tertabur dan bertumbuh subur menumbuhkan perpecahan manakala seorang pemimpin hanya mementingkan dirinya sendiri. Mementingkan diri sendiri berlawanan dengan kasih yang diajarkan Tuhan Yesus. "Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak Pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain." (1 Korintus 13:5).

Mengabaikan atau Menghalangi Kaderisasi

Kesalahan keempat yang menyolok dari para pemimpin saat ini adalah mengabaikan atau menghalangi kaderisasi. Para pemimpin mengabaikan kaderisasi karena mereka ingin berkuasa selamanya dan tidak mau menerima kenyataan bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti akan berakhir. Mereka ingin berkuasa selamanya karena tidak ingin kehilangan kenyamanan yang selama ini telah dinikmatinya sebagai seorang pemimpin. Mereka lupa bahwa sebagai seorang pemimpin, ada tugas mulia yang berada di pundak mereka, yaitu membawa orang-orang yang berada fi bawah pimpinannya ke dalam taraf yang lebih maju lagi.
Tidak jarang para pemimpin malah menghalangi terjadi kaderisasi. Yang mereka persiapkan sebagai penerus mereka adalah orang-orang yang dapat mengamankan posisi mereka setelah mereka tidak lagi menjabat sebagai pimpinan. Mereka gagal dalam mempersiapkan pemimpin yang akan meneruskan misi dan visi organisasi. Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang seperti Yesus yang mempersiapkan kedua belas rasul dan seperti Paulus yang mempersiapkan Timotius dan Titus.
Jika saat ini Anda dikaruniai Tuhan Jabatan sebagai seorang pemimpin, gunakanlah sebaik-baiknya waktu dan kesempatan yang ada untuk melakukan tugas dan tanggung jawab Anda sebagai seorang pemimpin, jangan hanya memikirkan kepentingan  diri sendiri, pikirkanlah kepentingan yang lebih besar dan mulia. Janganlah menekan dan menghambat orang lain namun kembangkanlah orang-orang untuk menjadi penerusmu sebagai pemimpin. Tuhan Memberkati.
Sekianlah beberapa pengetahuan tentang kepemimpinan yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Semoga bermanfaat. Syalom. Terimakasih.

Pemberitahuan!: Postingan ini di ambil dari Pelajaran khusus Renungan Harian Manna Sorgawi edisi Juni 2008!

Tuesday, February 24, 2015

GAYA KEPEMIMPINAN ALKITABIAH


Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini selain untuk menebus hukuman dosa manusia, adalah juga untuk mendemonstrasikan gaya kepemimpinan yang alkitabiah, yaitu gaya kepemimpinan yang sesuai dengan hati dan karakter Bapa. Gaya kepemimpnan Kristus sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan dunia, dan sudah teruji ribuan Tahun lamanya sebagai gaya kepemimpinan yang terbaik. Ada lima gaya kepemimpinan yang utama yang dapat kita lihat pada diri Tuhan Yesus yang seharusnya menjadi gaya kepemimpinan kita, baik di dunnia sekuler apalagi di gereja adalah sebagai berikut:

   1. DILANDASKAN PADA KASIH DAN BUKAN TANGAN BESI

  • Gaya kepemimpinan Tuhan Yesus didasarkan bukan pada "tangan besi" atau "kekuasaan" atau"kekerasan" namun pada kasih yang melihat apa yang terbaik bagi kepentingan semua orang yang dipimpinNya. Kepemimpinan gaya dunia mengandalkan kekuasaan jabatan dan dan dengan kekerasan menindas mereka yang lemah dan tak berdaya. "Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25)
  • Ketika Petrus menghunus pedang untuk membela Tuhan Yesus saat penangkapannya, Tuhan Yesus tidak menjadi gembira dengan pembelaan Petrus, Ia malah menenangkan murid-muridnya agar tidak menggunakan pedang atau kekerasan. Ia malah menyembuhkan telinga hamba Imam Besar yang putus itu. "Ketika mereka yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka:'Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?' Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: 'Sudahlah itu.' Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya." (Lukas 22:49-51).
  • Melandaskan kepemimpinan kepada kasih bukan berarti tidak perlu peraturan atau semua aturan bisa dilanggar atas nama kasih atau pun kita tidak boleh berlaku dengan tegas. Kita daat melihat dengan jelas kasih Tuhan Yesus yang melebihi kasih orang-orang lain, misalnya ketika Ia menyembuhkan seseorang yang sakit kusta (Markus 1:41) atau ketika ia memberi makan 5000 orang. Namun demikian kita juga dapat melihat bahwa Tuhan Yesus sangat tegas di dalam menegakkan aturan, misalnya ketika Ia marah karena halaman Bait Allah digunakan untuk tempat berjual-beli.
Kepemimpinana yang didasarkan kepada kasih akan memperkuat ikatan antara pemimpin dan para pengikut atau bawahannya, hal ini pada gilirannya akan meningkatkan kesehatian dan kerjasama yang baik.

   2. TURUN DARI TAHTA DAN MAU AMBIL HANDUK UNTUK MELAYANI

Gaya kepemimpinan Tuhan Yesus yang sangat jauh bertolak belakang dengan gaya kepemimpinan dunia adalah gaya kepemimpinan yang melayani. Pada umumnya gaya kepemimpinan dunia adalah minta diutamakan dan dilayani, namun Tuhan Yesus memperkenalkan gaya kepemimpinan yang melayani bak seorang hamba bahkan dikatakan rela memberikan nyawa. Seperti tertulis dalam Matius 20:26b-28: "Barang siapa inginmenjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Gaya kepemimpinan yang melayani ini adalah konsekuensi logis atas gaya kepemimpinan berdasarkan kasih dan gaya kepemimpinan yang memberikan teladan. Melayani di sini diartikan sebagai memberikan perhatian kepada kebutuhan orang-orangnya, baik dalam hal yang menyangkut pekerjaan maupun hal-hal kemanusiaan lainnya. Agar seorang pemimpin dapat melayani orang-orang yang menjadi bawahannya, dituntut suatu kerendahan hati yang sungguh-sungguh.
Jika seorang pemimpin memberikan teladan bagaimana ia menolong bawahannya untuk bekerja lebih baik, untuk maju, untuk memecahkan persoalan, dan lain sebagainya, maka percayalah bahwa semua bawahannya pasti akan menopang kepemimpinannya.

3. Kepemimpinan yang "Walk The Talk"

Ini adalah salah satu gaya kepemimpinan Tuhan Yesus yang mendatangka kharisma danwibawa yang luar biasa, yaitu "walk the talk". Tuhan Yesus melakukan apa yang Ia ajarkan. Tuhan Yesus tidak hanya bisa bicara, tetapi Ia membuktikan bahwa apa yang  Ia ajarkan sepenuhnya dapat dilakukan.


  • Melakukan sendiri apa yang telah dilakukan merupakan teladan yang memperkuat ajaran lisan Tuhan Yesus.
  • Teladan yang diberikan oleh pemimpin merupakan pendorong yang sangat kuat bagi para pengikutNya untuk melakukan hal yang sama.
  • Tindakan atau teladan yang nyata akan membumkam mulut-mulut yang menebarkan benih-benih negatif yang memecah belah. Orang-orang Yahudi yang tidak suka kepada Tuhan Yesus, tidak dapat berbuat apa-apa ketika Tuhan Yesus bertanya kesalahan apa yang telah Ia perbuat. "Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepadaKu. Siapakah diantara kamu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepadaKu?" (Yohanes 8:45-46)
Seorang pemimpin akan lebih dihargai dan dihormati bilamana ia memiliki "technical skill" di samping conceptual skill" dan "human skill". Artinya. ia juga mampu melakukan apa yang diperintahkan kepada bawahannya, sekalipun ia tidak perlu mengerjakannya. "Conceptual skill" berbicara soal kemampuan pemimpin memahami berbagai faktor di dalam lingkungan kerjanya yang akan menuntunnya di dalam pengambilan keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan maksimal organisasi. "Human skill" berbicara soal kemampuan seorang pemimpin untuk bekerja bersama-sama bawahannya beserta orang-orang lain dan mendorong kerja sama di dalam kelompok yang dipimpinnya. Sedangkan "technical skill" adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menggunakan segala alat mekanik untuk pekerjaan tertentu, artinya ia mampu mengerjakan pekerjaan yang harus dikrjakan oleh bawahannya.

4. Mempunyai Misi Dan Visi Yang Jelas

Bila kita amati, Tuhan Yesus sebagai seorang pemimpin telah memiliki misi dan visi yang jelas dari sejak awal pelayananNya.

a. Misi

Misi adalah alasan keberadaan kita, misalnya mengapa kita diangkat menjadi seorang pemimpin? Apakah sebagai seorang pemimpin kita diharapkan menjadi seorang "trouble shooter" atau pemecah masalah, atau membawa persatuan. Misi Tuhan Yesus yang selalu Ia dengungkan sehubungan dengan kedatanganNya di dunia ini adalah menjadi Juruselamat bagi orang-orang yang berdosa. "Yesus mendengarkannya dan berkata: Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang yang sakit." (Matius 9:12). "Akulah roti hidup yamg telah turun dari sorga. Jikalau seseorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."(Yohanes 6:51)

b. Visi

Visi adalah target jangka pendek kita, misalnya akan menjadi apa atau apa yang akan kita capai dalam waktu 2-3 tahun mendatang? Sebagai seorang pemimpin, mungkin Anda mempunyai target penjualan yang harus dipenuhi, target jumlah jiwa yang dimenangkan. Yesus mempunyai visi yang jelas akan menjadi apa Dia nanti, yaitu akan mati disalibkan guna menggantikan hukuman manusia yang berdosa. "Jawab Yesus kepada mereka: Rombak bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."  (Yohanes 2:19). "Pada waktu Yesus dan murid-muridNya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: 'Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari yang ketiga Ia akan dibangkitkan. Maka hati murid-muridNya itu pun sedih sekali." (Matius 17:22-23).
Misi dan visi yang jelas akan sangat membantu seorang pemimpin agar ia dapat menyampaikannya dengan jelas pula kepada semua bawahannya. Dengan demikian semua bawahannya  dap[at melakukan tindakan yang tepat untuk mendukung tercapainya misi dan visi tersebut.

5. Team Building Dan Kaderisasi

Dari sejak awal Tuhan Yesus sudah mengerti kekuatan di dalam kerja sama kelompok dan juga pentingnya kaderisasi, itulah sebabnya Ia merekrut 12 orang murid-muridNya dan endidik mereka siang dan malam. Pendidikan yang diberikan oleh Tuhan Yesus tidak hanya berupa ajaran-ajaranNya yang bernialai tinggi, tetapi juga berupa teladan dan demonstrasi langsung dari ajaran yang diberikanNya. Tuahan Yesus memberikan pelatihan kepda  murid-muridNya untuk berkebang, serta memberikan apa yang mereka perlukan. "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,...." (Markus 6:7). Tuhan Yesus mendorong mereka untuk terus berkembang bahkan berkembang melebihi apa yang pernah dilakukanNya. Ia tidak menjadi penghambat bagi murid-muridNya yang ingin maju dan tidak merasa tersaingi oleh pencapaian murid-muridNya. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu,ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12).
Selain kelima gaya atau karakteristik utama yang disebutkan di atas, tentu ada hal-hal lain yang patut kita catat dari gaya kepemimpinan Tuhan Yesus, misalnya tahu mengutamakan hal-hal yang penting, ada keadilan, ketegasan dalam bertindak dan lain sebagainya.
Sedemikian jauh apa yang terkait dengan gaya kepemimpinan Alkitabiah atau  yang sesuai dengan ajaran Alkitab dan yang pernah Tuhan Yesus ajarkan untuk kita teladani. Semoga bermanfaat.
Pemberitahuan!: Postingan ini di ambil dari Pelajaran khusus Renungan Harian Manna Sorgawi edisi Juni 2008!

Tuesday, January 20, 2015

TIPS SUKSES MENURUT KITAB AMSAL


Setiap orang pasti ingin menjadi orang yang sukses atau berhasil di dalam hidupnya. Dan itu adalah hal yang wajar, tak terkecuali bagi setiap orang percaya. Sukses bukanlah hal yang salah. Tuhan tidak pernah melarang kita untuk sukses. Tuhan malah ingin kita menjadi orang yang sukses dalam hidup ini, bukan saja dalam hal materi, tetapi di dalam segala aspek kehidupan. Bahkan Tuhan tidak hanya ingin kita menjadi manusia yang sukses, Ia juga telah memberikan cara atau jalan bagi kita untuk mencapai kesuksesan hidup atau keberhasilan hidup tersebut. Dalam Alkitab, khususnya dalam Kitab Amsal, banyak dibahas tentang kesuksesan hidup, serta cara-cara untuk memperolehnya. Berikut ini akan diberikan beberapa cara atau tips dari Kitab Amsal untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan hidup:

BERKAITAN DENGAN TUHAN

Meskipun pada dasarnya Kitab Amsal berisi kata-kata bijak, namun banyak juga acuan yang diberikan tentang Tuhan; sebab memang kitab Amsal adalah firman Tuhan, yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya KitabAmsal menjadi bagian dari Alkitab. Maka tidak heran jika Kitab Amsal juga membicarakan tentang Tuhan, yang membedakannya dari kitab-kitab kebijaksanaan manusia di dunia ini. Karena itu, sebagai orang percaya, sudah seharusnya kita memprioritaskan Tuhan dalam meraih kesuksesan hidup. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan tentang Tuhan, yang berkaitan dengan kesuksesan hidup:

1. Melibatkan Tuhan

Di dalam Amsal 10:22 dikatakan:
"Berkat Tuhanlah yang menjaddikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."
Apa arti ayat ini? Ini tidak berarti bahwa kita hanya percaya Tuhan saja tanpa berusaha. Maksudnya adalah, tanpa perkenaan Tuhan maka segala jerih payah kita untuk meraih kesuksesan adalah sia-sia. jadi bagi orang percaya, hal pertama yang dibutuhkan dalam meraih kesuksesan adalah campur tangan Tuhan, bukan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kemampuan manusiawi kita. Kita harus tahu bahwa segala sesuatu asalnya dari tuhan. Dialah yang memberi kita kesehatan, kekuatan, kemampuan dan hikmat dalam mengarjakan pekerjaan kita sehingga pekerjaan tersebut berhasil. Di sisi lain kita hanyalah manusia yang terbatas. Tetapi jika kita mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita, maka kita akan dapat mencapai keberhasilan.

2. Takut Akan Tuhan

Takut akan Tuhan artinya membenci kejahatan atau dosa (Amsal 8:13). Jika ini kita lakukan maka Tuhan akan mengganjar kita dengan kekayaan, kehormatan, dan kehidupan, yakni kesuksesan yang seutuhnya. Ini disebutkan dalam Amsal 22:4,
"Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan."
Sikap takut Akan Tuhan adalah hal lain yang perlu kita miliki jika kita ingin mencapai kesuksesan hidup. Kita tidak hanya sekedar melibatkan Tuhan dalam hidup kita, tetapi kita juga harus mempunyai sikap hidup yang mengasihi tuhan serta membenci dosa. tuhan itu tidak senang dengan dosa, karena itu Dia tidak akan memberkati usaha orang-orang yang masih hidup didalam dosa.

3. Mempersembahakan Harta Kita Kepada Tuhan

Jika kita mempersembahkan harta kita kepada Tuhan, maka kita akan diberkatinya secara berlimpah-limpah, Amsal 3:9-10 berkata,
"Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertamamu dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."
Banyak orang yang berpikir bahwa memberi persembahan kepada Tuhan hanya dapat kita lakukan setelah kita menjadi kaya atau berhasil. Tetapi justru sebaliknya, kita harus melakukannya terlebih dahulu; maka Tuhan akan memberkati kita. Sebab sesungguhnya Tuhan tidak membutuhkan harta kita, karena Ia tidak kekurangan sesuatu apa pun. Ia hanya ingin menguji hati kita, sejauh mana kita mengasihi Dia dan terpaut harta kita. Jadi tujuan kita memberi persembahan kepada-Nya adalah demi kebaikan kita sendiri, yakni agar kita diberkati-Nya dan segala usaha kita dibuat-Nya berhasil.

BERKAITAN DENGAN DIRI SENDIRI

Hal kedua yang harus kita perhatikan dalam meraih kesuksesan adalah berkaitan dengan diri kita sendiri. Ini mencakup sikap, sifat-sifat atau karakter yang dibutuhkan dari diri kita sendiri. Selain Tuhan, maka faktor penentu kesuksesan kita adalah diri kita sendiri, bukan keadaan, orang lain, atau hal-hal lain di luar diri kita. Berikut beberapa sikap atau sifat yang dibutuhkan u tuk meraih kesuksesan menurut Kitab Amsal:

1. Mempunyai Perencanaan

Di dalam Amsal 24:6 dikatakan,
"Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang,dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak."
Ini menggambarkan pentingnya perencanaan untuk mencapai sebuah keberhasilan. Hidup tanpa rencana yang jelas tidak akan mungkin bisa menghasilkan kesuksesan. Membuat perencanaan bukanlah mengabaikan Tuhan. Di Alkitab tikan pernah dipertentangkan antara perencanaan dan iman. rang beriman harus mempunyai perencanaan tentang masa depannya. Dan jika perencanaan sudah dibuat dengan jelas, baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, maka kita akan lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. Misalnya, apa yang akan kita lakukan hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, lima tahun lagi, 10 tahun lagi, dan seterusnya.Tetapi tentu saja semua rencana tersebut harus kita serahkan kepada Tuhan sehingga bisa terwujud (Amsal16:3).

2. Rajin Dan Kerja Keras

Tuhan ingin agar setiap kita rajin dan bekerja keras. Dengan kerajinan maka kita bisa mendapatkan kesuksesan dalam hidup ini. Inilah syarat penting lainnya untuk bisa sukses. Di dalam Amsal 10:4 dikatakan,
"Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan yang rajinn menjadikan kaya."
Siapa saja yang rajin pasti akan berhasil. Bahkan orang yang tidak berbakat sekalipun akan berhasil, sejauh ia bekerja dengan rajin. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang tidak rajin walaupun ia berbakat maka ia juga tidak akan mungkin mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Tidak semua manusia itu cerdas, berbakat atau berasal dari keluarga yang kaya. namun setiap orang bisa menjadi orang sukses, asalkan ia rajin bekerja. Sedangkan orang malas tidak akan mungkin mencapai kesuksesan (Amsal 13:4).

3. Bekerja Secara Cerdas

Hikmat dan kebijaksanaan adalah tema utama kitab Amsal, yakni hidup yang benar dan berhasil. Rajin saja tidaklah cukup. Kerajinan tanpa hikmat atau kecerdasan membuat usaha kita tidak maksimal. Hal ini di sebutkan di dalam Amsal 19:2,
"Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesah-gesah akan salah langkah."
Kita tidak bisa hanya sekedar rajin, kita juga harus bertindak cerdas dan bijaksana. Sekarang ada istilah work smart atau kerja cerdas, bukan hanya sekedar work hard atau kerja keras. Kerja keras itu bagus, tapi akan jauh lebih bagus lagi jika disertai dengan "kerja cerdas". Salah satu contoh kerja cerda adalah bagaimana membuat pekerjaan kita semakin efektif dan efisien. Misalnya, jika selama ini kita bekerja dengan mesin tik, maka kita perlu menggantinya dengan komputer, sehingga hasilnya pun akan jauh lebih banyak, lebih cepat, dan lebih baik. Contoh lainnya adalah seorang yang berpendidikan tinggi namun bekerja sebagai tukang kebun. Seberapa rajin pun ia bekerja sebagai tukang kebun, penghidupannya hanya akan sampai di situ saja, tidak pernah naik. Jelas, untuk meraih kesuksesan kita membutuhkan kecerdasan dan hikmat.

4. Bertekun

Ketekunan sangat dibutuhkan untuk meraih kesuksesan. Di dalam Amsal 13:11 dikatakan;
"Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit akan menjadi kaya."
Dalam ayat ini disebutkan "sedikit demi sedikit". Artinya ada proses waktu yang harus dilalui, tentu saja membutuhkan kerja keras dan kesabaran. Mungkin kita sudah sering mendengar kata-kata Thomas Alfa Edison, "Kesuksesan adalah 1% bakat dan 99% ketekunan." Biasanya ketekunan berhubungan dengan sikap dan waktu. Jika seorang bekerja dengan rajin , tetapi tidak sabar dalam menunggu keberhasilan, atau ketika menghadapi masalah ia berhenti, maka ia tidak akan berhasil. Keberhasilan dalam waktu yang singkat, tanpa kesinambungan, akan membuat kita gagal mencapai keberhasilan. Kerajinan juga sesuatu yang dibutuhkan, tetapi ketekunan juga merupakan sesuatu yang perlu kita miliki untuk mencapai keberhasilan. Tidak ada kesuksesan tanpa ketekunan.

5. Mempergunakan Cara-cara Yang Benar

Ada banyak cara meraih kesuksesan, termasuk cara-cara yang tidak benar dan di benci Tuhan. Tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan. Namun bagi kita orang percaya, meraih kesuksesan haruslah melalui cara-cara yang benar, sesuai dengan firman Tuhan. Di dalam Amsal 28:19 disebutkan,
"Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinan."
"Barang yang sia-sia" dalam ayat ini adalah kesuksesan yang diraih dengan cara-cara yang tidak benar. Di dalam kitab Amsal disebutkan beberapa cara yang tidak benar dalam mencari keuntungan atau kesuksesan, antara lain: menipu (Amsal 20:17), berdusta(Amsal 21:6), dan menindas orang lain (Amsal 22:16). Kita hanya akan mendapatkan kemiskinan jika kita menggunakan cara-cara  yang tidak benar dalam meraih kesuksesan. Bagi kita orang percaya, marilah kita meraih kesuksesan dengan menggunakan cara-cara yang Alkitabiah atau sesuai dengan kehendak Tuhan.

6. Hidup Hemat Atau Tidak Hidup Boros

Orang yang boros akan gagal dan kekurangan. Amsal 21:17 berkata:
"Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang gemar kepada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya,"
Ini berbicara tentang pola hidup hemat dan mengelolah keuangan dengan benar. Ada banyak kisah tentang orang-orang yang sudah mulai berhasil, bahkan dapat banyak harta warisan dari orang tua, tapi pada akhirnya jatuh miskin karena tidak bisa mengelolah keuangan dengan benar. Di Alkitab tentu kita masih ingat perumpamaan  Tuhan Yesus tentang anak yang hilang, yang memboroskan harta kekayaan yang dia dapatkan sebagai warisan dari orang tuanya. Jadi ketika kita  sudah mulai sukses, kita harus mengelolah harta kita dengan benar. Terlebih jika kita belum sukses, kita harus pintar-pintar mengelolah harta kita, seberapa kecil pun itu. Jika tidak, maka kesuksesan pun tidak akan pernah kita capai.

BERKAITAN DENGAN ORANG LAIN

Ada hubungan antara kesuksesan atau kegagalan kita dengan orang lain. Karena itu kita sangat perlu bertindak dengan cerdik di da;lam menjalin hubungan dengan sesama, sehingga kita mendapatkan kesuksesan. Bertindak sembrono dalam membangun hubungan dengan orang lain dapatmembuat kita akan mengalami kegagalan dan tidak bisa menjadi sukses. Ada tiga hal penting yang dapat kita lakukan menurut Kitab Amsal dalam menjalin hubungan dengan orang lain sehingga impian kesuksesan kita tercapai:

1. Menjadi Orang Yang Dapat Dipercaya

Di dalam Amsal 28:20 disebutkan,
"Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya. tidak akan luput dari hukuman."Jika seseorang dapat dipercaya oleh orang lain, maka ia akan mendapat banyak keuntungan dan manfaat, ia akan  mendapat penghasilan yang lebih tinggi. Dengan demikian terbukalah jalan baginya meraih kesuksesan. Misalnya saja seorang karyawan yang dapat dipercaya akan dipromosikan oleh atasannya ke jenjang jabatan yang lebih tinggi dan tentunya dengan gaji yang lebih besar pula. Demikian juga seseorang yang berbisnis, ia akan dijadikan partner bisnis oleh banyak orang atau akan mempunyai banyak pelanggan sehingga akan mempunyai banyak pelanggan, sehingga akan menambah penghasilannya. Dan sebaliknya akan terjadi jika kita tidak bisa dipercaya oleh orang lain. Bagi seorang karyawan perusahaan mungkin kariernya akan "mentok", atau kasus yang lebih parah, ia akan mendapat phk atau dipecat. Bagi seorang usahawan atau bisnisman, ia akan dijauhi oleh parner bisnis dan para pelanggannya. Sifat "dapat dipercaya" ini terutama berkaitan dengan dua hal, yakni: kompetensi dan kejujuran. Jika kita mempunyai kemampuan dan kejujuran, maka pintu sukses terbuka lebar bagi kita. 

2. Menjadi Penolong Bagi Sesama

Berbagi dengan orang lain adalah salah satu cara untuk beroleh kesuksesan. Di dalam Amsal 11:24 dikatakan,
"Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu kekurangan."
Yang dimaksud dengan "menyebar harta" di dalam ayat di atas bukanlah hidup boros, melainkan berbagi dengann orang lain. Demikian juga dengan "mwnghwmat secara luar biasa", bukanlah dalam pengertian positif, tapi dalam pengertian pelit, dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Ketika kita berbagi dengan sesama, maka kita akan mendapatkan balasannya sehingga kita tidak akan pernah kekurangan, malahan "bertambah kaya". Mungkin kita tidak mendapat balasan dari orang yang kita bantu, tetapi kita akan mendapatkannya dari orang lain dalam waktu dan cara tertentu. Dalam Amsal 11:25 dikatakan bahwa orang yang suka menolong orang lain akan mendapatkan pertolongan juga. Menolong orang lain di sini tidak terbatas pada bantuan keuangan saja namun dalam segala hal, seperti bantuan tenaga, pemikiran, dan lain sebagainya.

3. Tidak Menjadi Penanggung Hutang Bagi Orang Lain

Sekalipun membantu orang lain adalah salah satu cara kita menuju tangga kesuksesan, namun hendaklah hal tersebut jangan kita lakukan dengan menjadi penanggung hutang bagi mereka. Maksudnya jangan sampai kita berhutang hanya untuk membantu orang lain, atau memberikan harta kita sebagai jaminan hutang mereka ke pihak orang lain. Di dalam Amsal 22:26-27 dengan jelas diingatkan agar kita tidak melakukan hal seperti itu,
"Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan menjadi penanggung hutang. Mengapa orang mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali?"
Banyak orang yang terjerat dalam kasus seperti ini sehingga menghadapi banyak masalah dalam hidupnya.Dan harta kekayaannya pun sedikit demi sedikit akan habis, sehingga ia tidak akan pernah mencapai kesuksesan yang diinginkannya. Dalam Amsal 6:1-5 diajarkan cara bagaimana keluar dari jerat semacam itu, yakni berdamai dan merendahkan diri kita di hadapan orang yang kepadanya kit telah membuat persetujuan.
Demikianlah beberapa tips menurut Kitab Amsal perlu kita lakukan dalam hidup kita supaya kita bisa meraih kesuksesan atau keberhasilan dalam kehidupan kita yang berkenan bagi Tuhan. Tuhan memberkati, Syalom.

Pemberitahuan!: Postingan ini di ambil dari Pelajaran khusus Renungan Harian Manna Sorgawi edisi Agustus 2013!
Hosting Unlimited Indonesia