Pencarian

Custom Search

Saturday, November 15, 2014

KEKUATAN UNTUK BERBUAT LEBIH


Fatalisme adalah ajaran atau paham yang mengatakan bahwa manusia dikuasai oleh nasib dan tidak bisa mengubahnya. Penganut fatalisme sangat pasrah dalam segala hal. Dia berpikir bahwa dia tidak dapat melakukan sesuatu pada hari esok. Apa yang akan terjadi pada hari esok, minggu depan, tahun depan atau sebentar lagi, tidak ada kaitan dengan dirinya. Oleh karena itu, tidaka ada gunanya untuk memikirkan apa yang akan dilakukan untuk hari esok. Ini salah! Sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa kita turut menentukan nasib kita ke depan, sekalipun segala sesuatu harus kita serahkan kedalam tangan Tuhan. Perhatikan Kejadian 27:37-39!

Lalu Ishak ayahnya menjawab: "Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun di langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk dari tengkukmu."

Di sisi lain banyak orang yang cepat berpuas diri dengan pencapaian sekarang. Berpuas diri dalam arti bersyukur adalah hal yang benar. Tetapi, berpuas diri dalam arti tidak mau melakukan hal yang lebih baik  lagi adalah ahal yang salah. Tokoh-tokoh Alkitab seperti Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, dan lain-lain. menunjukan diri mereka selalu ingin berbuat yang lebih baik lagi. Bandingkan d engan  bangsa Israel yang berpuas diri sebagai budak dan pekerja rodi di Mesir! Perhatikan perkataan orang Israel di Keluaran 14:2!

Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir daripada mati di padang gurun.

Alkitab mencatat bahwa akhirnya Tuhan murka kepada mereka dan mereka benar-benar tidak bisa menikmati sesuatu yang lebih baik, yaitu hidup di Tanah Perjanjian. Nyata bahwa berpuas diri membuat sesorang tidak mau berbuat lebih untuk kehidupannya ke depan.

Pengalaman Esau dan bangsa Israel seharusnya menjadi cambuk bagi kita untuk berbuat lebih baik lagi mulai dari sekarang. Untuk berbuat lebih, kita membutuhkan kekuatan atau daya dorong yang lebih juga. Kekuatan tersebut terdapat dalam beberapa hal berikut:

1. IMAN DAN PERCAYA DIRI


     Di satu sisi, iman dan percaya diri mempunyai perbedaan. Pembicaraan mengenai iman akan terpusat kepada Tuhan, sedang pembicaraan mengenai percaya diri akan terpusat kepada diri sendiri. Di sisi lain iman dan percaya diri saling berkaitan secara benar. Di dalam diri orang benar, iman akan membuat orang tersebut percaya diri. Di samping itu, percaya diri yang muncul dalam diri orang benar tidak akan membuatnya sombong, karena dia tetap berserah kepada Tuhan. Bisa dijelaskan dalam sebuah kalimat, "Saya bisa berbuat lebih baik di Tahun ini, karena saya beriman bahwa Tuhan akan memampukan saya untuk berbuat ini dan itu lebih baik lagi." Paulus adalah contoh orang yang memadukan dengan baik antara iaman dan percaya diri. Perhatikan perkataan di dalam 1Korintus 15:10b.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua: tetapi bukanya aku, melainkan kasih karunia Allah menyertai aku."


  • Iman
Yakub adalah salah seseorang yang mau dan berani berbuat lebih karena memiliki iman. Bertahun-tahun Yakub bekerja kepada Laban tanpa mendapat upah. Namun, dia tidak menjadi lemah karenanya. Hingga suatu saat Tuhan berjanji untuk memberikan banyak ternak kepadanya. Kambing domba yang dijadikan Tuhan adalah bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan belang-belang. Kesempatan untuk mendapatkan kambing domba yang seperti itu sangat kecil, apalagi Laban sudah memisahkannya dan memberikan kepada anak-anaknya untuk dijaga. Tetapi Yakub beriman bahwa janji Tuhan pasti digenapi. Untuk itu dia mau bekerja pada Laban lagi, bahkan lebih keras lagi. Dia harus memerhatikan kapan kambing domba itu berkelamin. Dia harus selalu menyediakan dahan pohon hawar, pohon badam, dan pohon berangan. Dia juga harus lebih teliti lagi mana kambing domba yang kuat mana yang lemah. Apa yang di perbuat Yakub ini terlihat sebagai hal yang aneh bagi orang pada umumnya, tatapi tidak bagi Yakub. Iman telah mendorongnya berbuat lebih daripada yang dipikirkan manusia. Demikian juga dengan kita yang harus beriman  bahwa hari-hari ke depan ini Tuhan akan memberikan sesuatu yang jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Bisa berkaitan dengan hal-hal seperti ekonomi, jabatan, kepandaian, atau bahkan dalam pelbagai kebajikan. Dengan dasar keyakinan itulah kita harus berbuat lebih dari apa yang telah kita perbuat sebelumnya. Jangan berpangku tangan, jangan bermalas-malasan! Jangan memiliki iman yang mati, tetapi milikilah man yang hidup!
  • Percaya diri.
W.H.Miskell berpendapat, "Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat." Maslow, seorang psikolog berkata, "Percaya diri merupakan modal dasar untuk mengembangkan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seorang yang pesimis dalam mengahadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pililhan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain." Contoh orang yang percaya diri dan tidak percaya diri terlihat jelas dalam kisah Debora dan Barak. Barak adalah orang yang tidak percaya diri. Dia minta ditemani Debora untuk maju berperang, padahal Tuhan sudah berjanji akan menyerahkan musuh ke dalam tangannya. Dikatakan dalam Hakim-hakim 4:8, (Jawab Barak kepada Debora:"Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.") Sebaliknya, Debora termasuk orang yang percaya diri. Dikatakan dalam Hakim-hakim 4:9, Kata Debora: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapatkan kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akam menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kadesh.
Jelas bahwa sekali pun percaya diri, debora tidak sombong karena kepercayaan dirinya berdasarkan iman kepada Tuhan. Jika tidak ada rasa percaya diri di dalam diri Debora, dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar karena mereka tidak berbuat lebih, hanya diam dan puas dengan apa yang telah mereka dapa saat itu. Kita juga harus menjadi orang nyang percaya diri, sebab pada hakikatnya Tuhan sudah memberikan mkemampuan dalam diri kita, hanya tinggal diasah dan diwujudkan saja. Ingat, kurang percaya diri merupakan setengah dari kekalahan kita!

2. HARAPAN DAN SEMANGAT
      Tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan yang erat antara harapan dan semangat. banyak orang berkata bahwa harapan adalah bahan bakar untuk semangat hidup. Para motivator handal sering megatakan bahwa hope can be helping oppressed people everywhere atau "harapan dapat membantu orang yang merasa tertekan di mana saja". Orang yang mempunyai harapan dan semangat, pasti dia akan berbuat lebih untuk mencapai apa yang dirindukan. dalam hal ini, sekali lagi yakub adalah contohnya. Mari kita perhatikan Kejadian 29:20, 30b:
Jadi bekerjalah Yakub selama tujuh tahun lamanya untuk mendapatkan Rahel itu, tetapi tujuh tahun dianggap seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. ... Demikianlah ia bekerja pada Laban tujuh Tahun lagi.
Tujuh tahun bukanlah waktu yang singat, tetapi Yakub tidak memandangnya sebagai waktu yang lama. Padahal, saa itu ia harus bekerja sebagai penggembala kambing domba milik Laban, Suatu pekerjaan yang menuntut kerja keras dan tanggung jawab. Dia dengan  penuh semangat bekerja untuk Laban. Bahkan, dia mau menjalani tujuh tahun yang kedua untuk bekerja pada laban sekelipun dia telah tertipu beberapa kali oleh Laban. Mengapa? karena ia punya harapan untuk mendapatkan Rahel, sebuah harapan yang diberikan sendiri oleh Laban, Ayah Rahel.
Kalau kita tidak mempunyai harapan dan semangat, itu bagai orang mati selagi masih hidup atau hidup enggan mati tak mau. Sudah pasti kita akan pasrah  bongkokan, menyerah pada situasi dan tidak mau berbuat lebih. Jangankan berbuat lebih, berbuat seperti yang biasa pun kita sangat enggan. Tentu itu sangat disayangkan, sebab sebagai  orang percaya seharusnya kita hidup sesuai harapan dan semangat,sehingga kita bisa terus maju dan berkembang. Harapan  dan semangat mendorong kita untuk melakukan lebuh banyak dari yang sebelumnyaa. Semua pekerjaan berat pun terasa ringan, dan waktu yang lama terasa lebih singkat. Hasilnya pun akan jauh lebih memuaskan.

3. PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
      Perhatikan dua kata-kata mutiara berikut: "Buatlah rencana dengan sebaik-baiknya, kemudian Anda harus bertindak, jangan ragu-ragu dengan pengaruh orang lain, jangan menoleh ke kiri atau ke kanan, bertindaklah langsung, tegas, maka kemungkinan berhasil, kemungkinan menang, kemungkinan dapat mengatasi kegagalan dan kekalahan, kemungkinan dapat mengatasi kesulitan bertambah beberapa kali." (Dr.D.J.Schwartz). "Persiapan hari ini menentukan prestasi masa depan."(anonim). Kedua kata-kata mutiara itu sudah cukup menunjukan pentingnya sebuah perencanaan dan persiapan.


  • Perencanaan
Tidak jarang orang menjadi bingung tentang apa yang harus dilakukan. Jangankan untuk melakukan sesuatu secara lebih, untuk melakukan yang seperti biasa saja dia bingung. Itu karena tidak ada perencanaan! Tanpa perencanaan orang bisa saja melakukan sesuatu, tetapi akan acak-acakan atau tidak teratur. Hasil dari tindakan tanpa perencanaan tidak akan maksimal, bahkan bisa jadi akan jelek atau lebih sedikit dari pada apa yang sudah dihasilkan sebelumnya. Perencanaan sangat penting. Perencanaan tidak lain merupakankegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan perencanaan, kita akan secara mantap dapat melakukan ini dan itu. Dengan perencanaan kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk berbuat lebih. Tetapi bukan berarti kita menjadi sombong dalam setiap hal yang kita perbuat. kita tetap berserah kepada Tuhan, sehingga Dia akan membuat kita berhasil, seperti yang tertulis di dalam kitab Amsal 16:3, Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.


  • Persiapan
Perencanaan dan persiapan bagaikan dua buah sisi mata uang, yaitu dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Ketika seseorang merencanakan sesuatu untuk keberhasilan di dalam hidupnya nanti, sudah seharusnya dia mempersiapkan diri untuk mencapai keberhasilan itu. Kesiapan menimbulkan keyakinan di dalam diri seseorang untuk berbuat lebih.

Pernahkah kita  berpikir mengapa Yosua begitu mantap dalam memimpin bangsa Israel? Dan, hasilnya pun luar biasa, membawa bangsa Israel memasuki Kanaan dan membuat bangsa Israel menyembah Tuhan. Itu karena yosua telah mempersiapkan diri dengan baik.  Bertahun-tahun dia menjadi abdi musa. Dia belajar kerohanian dari Musa. Dia belajar kepemimpinan dari Musa. Dia belajar strategi perang dari Musa. Sebuah persiapan yang maksimal yang membuatnya bisa berbuat lebih dengan hasil yang lebih pula. Demikian juga dengan Elisa. Beberapa waktu lamanya dia menjadi pengikut Elia. Tentu saja dia belajar banyak dari Elia tentang kehidupan sebagai hamba Tuhan. Itu merupakan persiapannya untuk menjadi seorang nabi yang cukup spektakuler pada zamannya. Kita pun bisa berbuat lebih mulai sekarang dan hari selanjutnya asalkan kita mau mempersiapkan diri secara maksimal. Jangan merasa kita sudah mempunyai banyak kelebihan, sebab kelebihan apa pun yang kita miliki, itu akan sia-sia kalau kita tidak mempersiapkannya dengan baik.

4. YOSUA 1:8, MAZMUR 1:1-3, DAN YOHANES 15:5
      Ketiga bagian firman Tuhan ini mutlak bagi orang percaya. Kita tidak bisa mengabaikan ketiga bagian firman Tuhan itu jika kita ingin dapat berbuat lebih baik di masa yang akan datang. Persiapan jasmani memang penting tetapi persiapan rohani juga penting dan tidak bisa kita tinggalkan.

  • YOSUA 1:8 dan MAZMUR 1:1-3

Inti dari kedua ayat tersebur adalah "merenungkan firman Tuhan". Matthew Henry menjelaskan, "Merenungkan firman Tuhan berarti bercakap-cakap dengan diri kita sendiri mengenai perkara-perkara besar yang terkandung di dalamnya ( = di dalam firman Tuhan), dengan niat ingin menerapkannya dalam kehidupan kita, dengan pikiran yang teguh, sampai perkara-perkara itu meresap benar dalam diri kita dan hingga kita mencium aroma serta mengalami kuasanya di dalam hati kita." Sudah pasti orang yang merenungkan firman Tuhan akan dipimpin olehnya dalam setiap perbuatannya. Oleh sebabitu bukan hal yang mustahil jika dia bisa berbuat lebih baik dan lebih banyak. Firman Tuhan memang bukan jawaban bagi persoalan-persoalan sekuler secara terinci. Misalnya, kita tidak akan menemukan jawaban atas masalah usaha apa nyang cocok di tempat kita supaya kita mendapat untung. Tetapi, firman Tuhan memberikan kekuatan, penghiburan, dorongan, hikmat dan prinsip-prinsip untuk kita bisa berbuat lebih dan kita tidak menjadi lemah. Untuk itu tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan firman Tuhan.
  • YOHANES 15:5
Ayat itu berbunyi,
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Jelas di katakan bahwa di luar Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Gambaran berada di luar Yesus adalah ranting yang dipotong dari batang pohon. Ranting itu tidak akan mendapat suplai makanan dan air. Dengan demikian dia tidak akan bisa berbuah. bukan hanya tidak bisa berbuah, dia juga akan layu dan mati. Itu artinya, ketika kita berada di luar Yesus, kita tidak mendapatkan air dan roti kehidupan, dan secara rohani kita pasti akan mati. Jika seperti itu bagaimana kita bisa berbuat lebih baik dan lebih banyak yang bisa menjadi berkat bagi sesama? Yesuslah sumber hikmat dan kekuatan untuk kita bisa berbuat lebih, maka milikilah hubungan secara pribadi denganNya.

KESIMPULAN
     Janganlah kita menjadi orang yang biasa-biasa saja dengan dalih yang sudah usang, "Hidup itu mengalir saja." Jangan juga kita melakukan hal yang biasa-biasa saja, seperti yang sudah-sudah. Kita harus berpikiran lebih maju. Kita harus berbuat sesuatu yang lebih. Sebab, dengan melakukan sesuatu yang lebih, kita akan menghasilkan sesuatu yang lebih juga, dan kita akan lebih bisa menjadi berkat bagi sesama. Untuk itu, agar kita bisa berbuat lebih, maka tumbuhkanlah iman dan kepercayaan diri, milikilah harapan dan semangat, lakukan perencanaan dan persiapan dengan matang, dan milikilah hubungan pribadi dengan Tuhan dan firmanNya.

Demikianlah beberapa kekuatan dan dorongan yang perlu kita tanamkan dalam diri kita supaya kita bisa berbuat lebih baik bagi sesama kita terlebih bagi Tuhan. Tuhan memberkati, Syalom.

Pemberitahuan!: Postingan ini di ambil dari Pelajaran khusus Renungan Harian Manna Sorgawi edisi Januari 2013!

Thursday, November 13, 2014

MEMBANGUN KARAKTER YANG BAIK


          Karakter dapat didefinisikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat atau watak yang membedakan seorang dari yang lain. Seorang bijak mengingatkan, "Berhati-hatilah mengenai apa yang Anda katakan,  karena itu mempengaruhi cara anda berpikir, berhati-hatiah akan apa yang Anda pikirkan, karena itu mempengaruhi apa yang Anda lakukan, berhati-hatilah mengenai apa yang Anda lakukan, karena itu menentukan karakter Anda, berhati-hatilah mengenai karakter Anda, karena itu menentukan nasib Anda." Alkitab banyak berbicara mengenai karakter, dimana orang Kristen diingatkan untuk mengembangkan sifat-sifat dan karakter yang baik (Matius 5:38-48; Roma 12:2; 1 Korintus 13:4-8; 15:33; Galatia 5:22-23), karena ini menentukan kehidupan dan masa depan seseorang.

Dari sekian banyak karakter yang baik, berikut ini kami mengetengahkan enam karakter penting yang perlu kita kembangkan.

1. DAPAT DIPERCAYA
          Dapat dipercaya berarti bisa diandalkan, tidak diragukan. Jadilah orang yang dapat dipercaya dengan mengembangkan sifat-sifat berikut ini:
  • Berlaku jujur. Jujur berarti lurus hati, tidak curang, tidak bohong atau menyembunyikan sesuatu, berbicara apa adanya. Mungkin orang di sekitar kita tidak selamanya tahi ketika kita berlaku tidak jujur, tetapi kita tidak dapat menyembunyikan sesuatu di hadapan Tuhan. Kenyataan ini seharusnya mengingatkan kita untuk selalu berlaku jujur. "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusan, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangan." (Amsal 11:3). "Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia." (Amsal 14:2).
  • Tidak menipu ataupun mencuri. Jangan memperdaya orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau maksud-maksud tertentu, dan jangan pula mencuri. Dengan melakukan ini Anda sedang menutup pintu-pintu berkat yang seharusnya terbuka lebar bagi Anda. "Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku." (Amsal 30:8). "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu." (1 Petrus 3:10).
  • Konsisten. Kerjakan sesuai apa yang anda katakan dan ajarkan, tepati janji dan jangan NATO (no action talk only). Jadilah orang yang dapat dipercaya dengan menunjukkan bahwa perbuatan Anda sesuai dengan Perkataan Anda. "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12).
  • Setia. Kesetiaan dapat diwujudkan dalam sikap tetap dan teguh hati dalam janji, pendirian, komitmen atau dalam memelihara hubungan dengan orang lain. Orang yang setia tidak mudah berubah karena pengaruh atau kondisi tertentu. "Seperti sejuk salju di musim panen, begitu pesuruh yang setia bagi orang-orang yang menyuruhnya. Ia menyegarkan hati tuan-tuannya." (Amsal 25:13). Setialah terhadap pasangan, teman, organisasi dan lembaga di mana Anda bekerja. Tuhan berjanji bahwa ada ganjaran bagi orang yang setia. "Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercelah Engkau berlaku tidak bercelah." (Mazmur 18:26).
2. RESPEK ATAU RASA HORMAT
         Hargai semua orang dan perlakukan mereka dengan baik. Terapkan prinsip yang pernah dikemukakan oleh Tuhan Yesus, "Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuat jugalah demikian terhadap mereka." (Lukas 6:31). Kembangkanlah rasa hormat dengan cara:
  • Menghargai perbedaan. Setiap orang memiliki karakter, kebiasaan, cara berpikir, kepandaian dan latar belakang yang berbeda. Hanya dengan menghargai dan memahami perbedaan ini Anda bisa hidup berdampingan dalam damai. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Supaya jangan terjadi perpecahan di dalam tubuh , tetapi supaya anggota-anggota yang  berbeda itu saling memperhatikan." (1 korintus 12:23-25).
  • Gunakan cara-cara yang baik. di dalam bebicara dengan sesama, pakailah bahasa dan cara yang baik. Tinggalkan kebiasaan berbicara yanng kasar, menghakimi, menyindir,  atau memaki-maki. Menegur kesalahan orang pun harus dilakukan dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana Anda menggunakan cara berbicara yang baik, demikian pula dalam tindakan, bertindaklah yang baik, tidak kasar dan merendahkan sesama. Ingat bahwa semua perkataan dan tindakan kita akan diadili. "Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang." (Yakobus 2:12)
  • Jagalah perasaan orang lain. Pertimbangkanlah dahulu jika hendak mengeluarkan kata-kata atau melakukan sesuatu, apakah kata-kata atau tindakan Anda itu akan melukai perasaan sesama atau tidak. Alangkah indahnya jika kita bisa saling tenggang rasa "Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan." (Amsal 12:18). "Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi lidah orang bodoh mencurahkan kebodohan." (Amsal 15:2).
  • Jangan mengancam, memukul dan melukai sesama. Menghargai orang lain berarti tidak melakukan kekerasan terhadapnya. Kalau Anda merasa kesal karena sikap seseorang, tegur dan nasihatilah dengan cara yang bijaksana, sehingga doa-doamu tidak terhalang. "Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat yang tinggi." (Yesaya 58:4).
  • Jangan lekas terpancing oleh kemarahan, hinaan dan perbedaan pendapat. Kuasai diri dan tenanglah dalam menghadapi kemarahan, penghinaan atau ketidak setujuan seseorang terhadap Anda. Jangan terpancing emosi dan berlaku kasar terhadapnya, namun tetaplah berlaku hormat. Dengan begitu Anda akan terlihat lebih bijaksana. Dan yang lebih penting lagi, Anda sudah menghindari terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan. "Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak." (Amsal 20:3). "Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahnan besar." (Matius 25:21)
3. TANGGUNG JAWAB
      Kerjakan dengan baik yang menjadi tugas anda, jangan tunggu orang lain yang melakukannya dan jangan biasakan menunda. Orang yang bertanggung jawab senantisa siap sedia  melakukan segala sesuatu dan tidak melemparkan kesalahan terhadap orang  lain. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutla dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21).
  • Berikan yang terbaik. Sekali anbda diberikan tanggung jawab, kerjakan dengan segenap kekuatan dan kemampuan yang Anda miliki. Jangan bekerja setengah-setengah, selalu lakukan yang terbaik. Percayalah bahwa semua yang Anda lakukan dengan kesungguhan hati akan mendapatkan pahala dari Tuhan. "Apa pun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)
  • Disiplinkan diri Anda. Hukum Alam kehidupan berkata, "Jika Anda disiplin, Anda akan mencapai sasaran, jika Anda bekerja keras, Anda akan berkelimpahan."  Untuk memenuhi tanggung jawab, Anda dituntut untuk mendisiplin diri di dalam mengerjakan setiap tanggung jawab yang dibebankan di atas pundak Anda. Jangan suka memanjakan diri dan bermalas-malasan, bersikaplah keras terhadap diri Anda sehingga dapat mengerjakan dengan baik apa yang menjadi tanggung jawab Anda. "Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang kerja dengan tangannya. Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Ia bangan kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan."(Amsal 31:13-15). 
  • Pikir baik-baik akibat dari kebijakan ataupun tindakan Anda. Segala sesuatu yang Anda lakukan akan mendatangkan akibat tertentu dan Anda harus bertanggung jawab atas akibat yang mungkin akan muncul. Biasakan untuk selalu mempertimbangkan segala sesuatu yang mungkin terjadi sebelum Anda mengambil keputusan. "Hai anakku, jangalah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu." (Amsal 3:21). "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat." (Amsal 20:18).
  • Bertanggung jawab untuk setiap pilihan Anda. Ketika Anda memilih untuk melakukan sesuatu atau  memilih seseorang yang Anda akan jadikan Partner, Anda juga bertanggung  jawab terhadap akibat buruk dari pilihan Anda. Jangan mencari kambing hitam atau melemparkan kesalahan pada orang lain, melainkan bersikaplah sebagai pembarani dengan berani menanggung akibat dari pilihan Anda itu. Jangan seperti Adam yang melemparkan kesalahan kepada Hawa ketika mereka terbukti melanggar hukum Allah. "Perempuan yang Kautempatkan di sisi, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." (Kejadian 3:12).

4. BERSIKAP SEBAGAIMANA MESTINYA

       Lakukan segala sesuatunya  sesuai aturan main, bersikaplah sportif, jangan curang dan berpusat pada keuntungan serta kenyamanan diri sendiri. Bersikap sebagaimana mestinya dapat dikembangkan dengan cara:


  • Jangan mengambil keuntungan atau hak orang lain. Setiap orang memiliki bagaian dan berkatnya sendiri-sendiri. Jangan berlaku curang dengan mengambil apa yang bukan hak Anda, sekalipun orang yang Anda curangi tidak tidak mengetahuinya. Jangan memanfaatkan kebodohan atau kesetian seseorang untuk menipu dan mengambil haknya, karena sekalipun ia tidak mengetahui bahwa ia dibodohi, tetapi Tuhan yang adil akan membela haknya . Keuntungan yang diperoleh dengan cara yang tidak benar hanya akan menghalangi berkat-berkat Anda yang lain. Takutlah akan Tuhan dan jangan lupa firmanNya yang berkata, "Orang yang menabur kecurangan akn menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa." (Amsal 22:8). "Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempaatkan sarangnya ditempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!" (Habakuk 2:9).
  • Terbuka terhadap masukan dan pembaruan. Jangan menganggap diri Anda paling benar sehingga Anda menutup diri terhadap masukan atau gagasan orang lain. Belajarlah untuk mendengarkan dan menghargai niat baik seseorang. "Jikalau tidak ada pimpinan, jatulah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14).
  • Jangan merencanakan yang buruk terhadap orang lain. Bersukacitalah atas keberuntungan dan kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Jangan iri kemudian merencanakan yang buruk  atasnya, tetapi biarkanlah segala sesuatunya berjalan sebagaimana adanya. "Jangan merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau." (Amsal 3:29).
5. MILIKI KEPEDULIAN
            Biasakan diri untuk memahami orang lain dan tidak masa bodoh terhadap masalah yang sedang mereka hadapi. Beberapa sikap yang menyatakan kepedulian kita adalah:
  • Jadilah orang yang baik hati. Baik hati berarti selalu memiliki niat dan sikap hati yang baik, menginginkan dan melakukan yang baik bagi sesama serta menyatakan perbuatan kasih. Orang yang baik hati akan diberkati oleh Tuhan. "Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagikan rezekinya dengan si miskin." (Amsal 22:9).
  • Jadilah orang yang berempati dan menyatakan kepedulian. Empati adalah keadaan mental di mana seseorang bisa turut merasakan perasaan, pikiran dan kondisi yang sedang dialami orang lain. Marilah kita menyatakan Empati serta kepedulian kita dengan cara saling memperhatikan satu dengan yang lain. "Supaya jangan terjadi perpecahan di dalam tubuh,tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda saling memperhatikan." (1 Korintus 12:25). "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24).
  • Tunjukan rasa terima kasih. Penting untuk menunjukan penghargaan dan rasa terima kasih terhadap orang-orang yang sudah berbuat baik atau berjasa kepada Anda. Jangan seperti sebagian orang yang mengangap remeh dan biaa saja kebaikan orang-orang di sekeliling mereka. Bersyukurlah untuk apa yang telah mereka lakukan dengan cara mewujudkannya dengan kata-kata ataupun perbuatan. "Tidak adakah di mantara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (Lukas 17:18).
  • Saling mengampuni. Ketika ada orang yang menyakiti hati Anda, ampunilah dia, jangan mendendam. Doakan agar Tuhan menjamah dan mengubahkan hatinya."Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuaat jugalah demikian." (Kolose 3:13)
6. MENJADI WARGA MASYARAKAT YANG BAIK
        Selain hubungan pribadi dengan sesama, Anda perlu mengembangkan karakter yang baik sebagai warga negara atau warga masyarakat di mana Anda berada.

  • Tunduklah kepada pemerintah atau orang yang memiliki otoritas di atas Anda. Ketaatan kepada Pemerintah dapat mewujudkan dengan cara mengikuti peraturan yang berlaku. Misalnya: taat membayar pajak, taat kepada peraturan lalu lintas, taat kepada peraturan-peraturan lain di dalam lingkungan Rukun Tetangga, dan lain-lain. "Tiap-tiap orang harus takluk kepada penerintah yang ada di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah." (Amsal 13:1).
  •  Bekerja sama. Kembangkan kebiasaan kerja sama dengan tetangga atau masyarakat di sekitar Anda. Jangan menahan-nahan jika Anda sanggup memberikan pertolongan, jangan mempersulit keadaan. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2).
  • Libatkan diri dalam kegiatan organisasi. Jangan jadi orang yang eksklusif, karena orang-orang akan menjauhi Anda. Sedapat mungkin jika ada kegiatan, berpartisipasilah di dalamnya. Jika Anda tidak bisa terlibat langsung, Anda tetap bisa melibatkan diri meskipun secara tidak langsung. Misalnya: Memberikan bantuan dana, ide-ide, menyediakan makanan, dan lain-lain. Jadilah hamba yang siap melakukan segala sesuatu (1 Korintus 9:19).
Demikianlah beberapa karakter penting yang dapat kita kembangkan dalam diri kita masing-masing supaya kita bisa mencapai karakter diri yang baik di hadapan Tuhan. Tuhan memberkati, Syalom.


Pemberitahuan!: Postingan ini di ambil dari Pelajaran khusus Renungan Harian Manna Sorgawi edisi Desember 2008!
Hosting Unlimited Indonesia