Pencarian

Custom Search

Saturday, November 15, 2014

KEKUATAN UNTUK BERBUAT LEBIH


Fatalisme adalah ajaran atau paham yang mengatakan bahwa manusia dikuasai oleh nasib dan tidak bisa mengubahnya. Penganut fatalisme sangat pasrah dalam segala hal. Dia berpikir bahwa dia tidak dapat melakukan sesuatu pada hari esok. Apa yang akan terjadi pada hari esok, minggu depan, tahun depan atau sebentar lagi, tidak ada kaitan dengan dirinya. Oleh karena itu, tidaka ada gunanya untuk memikirkan apa yang akan dilakukan untuk hari esok. Ini salah! Sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa kita turut menentukan nasib kita ke depan, sekalipun segala sesuatu harus kita serahkan kedalam tangan Tuhan. Perhatikan Kejadian 27:37-39!

Lalu Ishak ayahnya menjawab: "Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun di langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk dari tengkukmu."

Di sisi lain banyak orang yang cepat berpuas diri dengan pencapaian sekarang. Berpuas diri dalam arti bersyukur adalah hal yang benar. Tetapi, berpuas diri dalam arti tidak mau melakukan hal yang lebih baik  lagi adalah ahal yang salah. Tokoh-tokoh Alkitab seperti Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, dan lain-lain. menunjukan diri mereka selalu ingin berbuat yang lebih baik lagi. Bandingkan d engan  bangsa Israel yang berpuas diri sebagai budak dan pekerja rodi di Mesir! Perhatikan perkataan orang Israel di Keluaran 14:2!

Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir daripada mati di padang gurun.

Alkitab mencatat bahwa akhirnya Tuhan murka kepada mereka dan mereka benar-benar tidak bisa menikmati sesuatu yang lebih baik, yaitu hidup di Tanah Perjanjian. Nyata bahwa berpuas diri membuat sesorang tidak mau berbuat lebih untuk kehidupannya ke depan.

Pengalaman Esau dan bangsa Israel seharusnya menjadi cambuk bagi kita untuk berbuat lebih baik lagi mulai dari sekarang. Untuk berbuat lebih, kita membutuhkan kekuatan atau daya dorong yang lebih juga. Kekuatan tersebut terdapat dalam beberapa hal berikut:

1. IMAN DAN PERCAYA DIRI


     Di satu sisi, iman dan percaya diri mempunyai perbedaan. Pembicaraan mengenai iman akan terpusat kepada Tuhan, sedang pembicaraan mengenai percaya diri akan terpusat kepada diri sendiri. Di sisi lain iman dan percaya diri saling berkaitan secara benar. Di dalam diri orang benar, iman akan membuat orang tersebut percaya diri. Di samping itu, percaya diri yang muncul dalam diri orang benar tidak akan membuatnya sombong, karena dia tetap berserah kepada Tuhan. Bisa dijelaskan dalam sebuah kalimat, "Saya bisa berbuat lebih baik di Tahun ini, karena saya beriman bahwa Tuhan akan memampukan saya untuk berbuat ini dan itu lebih baik lagi." Paulus adalah contoh orang yang memadukan dengan baik antara iaman dan percaya diri. Perhatikan perkataan di dalam 1Korintus 15:10b.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua: tetapi bukanya aku, melainkan kasih karunia Allah menyertai aku."


  • Iman
Yakub adalah salah seseorang yang mau dan berani berbuat lebih karena memiliki iman. Bertahun-tahun Yakub bekerja kepada Laban tanpa mendapat upah. Namun, dia tidak menjadi lemah karenanya. Hingga suatu saat Tuhan berjanji untuk memberikan banyak ternak kepadanya. Kambing domba yang dijadikan Tuhan adalah bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan belang-belang. Kesempatan untuk mendapatkan kambing domba yang seperti itu sangat kecil, apalagi Laban sudah memisahkannya dan memberikan kepada anak-anaknya untuk dijaga. Tetapi Yakub beriman bahwa janji Tuhan pasti digenapi. Untuk itu dia mau bekerja pada Laban lagi, bahkan lebih keras lagi. Dia harus memerhatikan kapan kambing domba itu berkelamin. Dia harus selalu menyediakan dahan pohon hawar, pohon badam, dan pohon berangan. Dia juga harus lebih teliti lagi mana kambing domba yang kuat mana yang lemah. Apa yang di perbuat Yakub ini terlihat sebagai hal yang aneh bagi orang pada umumnya, tatapi tidak bagi Yakub. Iman telah mendorongnya berbuat lebih daripada yang dipikirkan manusia. Demikian juga dengan kita yang harus beriman  bahwa hari-hari ke depan ini Tuhan akan memberikan sesuatu yang jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Bisa berkaitan dengan hal-hal seperti ekonomi, jabatan, kepandaian, atau bahkan dalam pelbagai kebajikan. Dengan dasar keyakinan itulah kita harus berbuat lebih dari apa yang telah kita perbuat sebelumnya. Jangan berpangku tangan, jangan bermalas-malasan! Jangan memiliki iman yang mati, tetapi milikilah man yang hidup!
  • Percaya diri.
W.H.Miskell berpendapat, "Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat." Maslow, seorang psikolog berkata, "Percaya diri merupakan modal dasar untuk mengembangkan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seorang yang pesimis dalam mengahadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pililhan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain." Contoh orang yang percaya diri dan tidak percaya diri terlihat jelas dalam kisah Debora dan Barak. Barak adalah orang yang tidak percaya diri. Dia minta ditemani Debora untuk maju berperang, padahal Tuhan sudah berjanji akan menyerahkan musuh ke dalam tangannya. Dikatakan dalam Hakim-hakim 4:8, (Jawab Barak kepada Debora:"Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.") Sebaliknya, Debora termasuk orang yang percaya diri. Dikatakan dalam Hakim-hakim 4:9, Kata Debora: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapatkan kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akam menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kadesh.
Jelas bahwa sekali pun percaya diri, debora tidak sombong karena kepercayaan dirinya berdasarkan iman kepada Tuhan. Jika tidak ada rasa percaya diri di dalam diri Debora, dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar karena mereka tidak berbuat lebih, hanya diam dan puas dengan apa yang telah mereka dapa saat itu. Kita juga harus menjadi orang nyang percaya diri, sebab pada hakikatnya Tuhan sudah memberikan mkemampuan dalam diri kita, hanya tinggal diasah dan diwujudkan saja. Ingat, kurang percaya diri merupakan setengah dari kekalahan kita!

2. HARAPAN DAN SEMANGAT
      Tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan yang erat antara harapan dan semangat. banyak orang berkata bahwa harapan adalah bahan bakar untuk semangat hidup. Para motivator handal sering megatakan bahwa hope can be helping oppressed people everywhere atau "harapan dapat membantu orang yang merasa tertekan di mana saja". Orang yang mempunyai harapan dan semangat, pasti dia akan berbuat lebih untuk mencapai apa yang dirindukan. dalam hal ini, sekali lagi yakub adalah contohnya. Mari kita perhatikan Kejadian 29:20, 30b:
Jadi bekerjalah Yakub selama tujuh tahun lamanya untuk mendapatkan Rahel itu, tetapi tujuh tahun dianggap seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. ... Demikianlah ia bekerja pada Laban tujuh Tahun lagi.
Tujuh tahun bukanlah waktu yang singat, tetapi Yakub tidak memandangnya sebagai waktu yang lama. Padahal, saa itu ia harus bekerja sebagai penggembala kambing domba milik Laban, Suatu pekerjaan yang menuntut kerja keras dan tanggung jawab. Dia dengan  penuh semangat bekerja untuk Laban. Bahkan, dia mau menjalani tujuh tahun yang kedua untuk bekerja pada laban sekelipun dia telah tertipu beberapa kali oleh Laban. Mengapa? karena ia punya harapan untuk mendapatkan Rahel, sebuah harapan yang diberikan sendiri oleh Laban, Ayah Rahel.
Kalau kita tidak mempunyai harapan dan semangat, itu bagai orang mati selagi masih hidup atau hidup enggan mati tak mau. Sudah pasti kita akan pasrah  bongkokan, menyerah pada situasi dan tidak mau berbuat lebih. Jangankan berbuat lebih, berbuat seperti yang biasa pun kita sangat enggan. Tentu itu sangat disayangkan, sebab sebagai  orang percaya seharusnya kita hidup sesuai harapan dan semangat,sehingga kita bisa terus maju dan berkembang. Harapan  dan semangat mendorong kita untuk melakukan lebuh banyak dari yang sebelumnyaa. Semua pekerjaan berat pun terasa ringan, dan waktu yang lama terasa lebih singkat. Hasilnya pun akan jauh lebih memuaskan.

3. PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
      Perhatikan dua kata-kata mutiara berikut: "Buatlah rencana dengan sebaik-baiknya, kemudian Anda harus bertindak, jangan ragu-ragu dengan pengaruh orang lain, jangan menoleh ke kiri atau ke kanan, bertindaklah langsung, tegas, maka kemungkinan berhasil, kemungkinan menang, kemungkinan dapat mengatasi kegagalan dan kekalahan, kemungkinan dapat mengatasi kesulitan bertambah beberapa kali." (Dr.D.J.Schwartz). "Persiapan hari ini menentukan prestasi masa depan."(anonim). Kedua kata-kata mutiara itu sudah cukup menunjukan pentingnya sebuah perencanaan dan persiapan.


  • Perencanaan
Tidak jarang orang menjadi bingung tentang apa yang harus dilakukan. Jangankan untuk melakukan sesuatu secara lebih, untuk melakukan yang seperti biasa saja dia bingung. Itu karena tidak ada perencanaan! Tanpa perencanaan orang bisa saja melakukan sesuatu, tetapi akan acak-acakan atau tidak teratur. Hasil dari tindakan tanpa perencanaan tidak akan maksimal, bahkan bisa jadi akan jelek atau lebih sedikit dari pada apa yang sudah dihasilkan sebelumnya. Perencanaan sangat penting. Perencanaan tidak lain merupakankegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan perencanaan, kita akan secara mantap dapat melakukan ini dan itu. Dengan perencanaan kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk berbuat lebih. Tetapi bukan berarti kita menjadi sombong dalam setiap hal yang kita perbuat. kita tetap berserah kepada Tuhan, sehingga Dia akan membuat kita berhasil, seperti yang tertulis di dalam kitab Amsal 16:3, Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.


  • Persiapan
Perencanaan dan persiapan bagaikan dua buah sisi mata uang, yaitu dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Ketika seseorang merencanakan sesuatu untuk keberhasilan di dalam hidupnya nanti, sudah seharusnya dia mempersiapkan diri untuk mencapai keberhasilan itu. Kesiapan menimbulkan keyakinan di dalam diri seseorang untuk berbuat lebih.

Pernahkah kita  berpikir mengapa Yosua begitu mantap dalam memimpin bangsa Israel? Dan, hasilnya pun luar biasa, membawa bangsa Israel memasuki Kanaan dan membuat bangsa Israel menyembah Tuhan. Itu karena yosua telah mempersiapkan diri dengan baik.  Bertahun-tahun dia menjadi abdi musa. Dia belajar kerohanian dari Musa. Dia belajar kepemimpinan dari Musa. Dia belajar strategi perang dari Musa. Sebuah persiapan yang maksimal yang membuatnya bisa berbuat lebih dengan hasil yang lebih pula. Demikian juga dengan Elisa. Beberapa waktu lamanya dia menjadi pengikut Elia. Tentu saja dia belajar banyak dari Elia tentang kehidupan sebagai hamba Tuhan. Itu merupakan persiapannya untuk menjadi seorang nabi yang cukup spektakuler pada zamannya. Kita pun bisa berbuat lebih mulai sekarang dan hari selanjutnya asalkan kita mau mempersiapkan diri secara maksimal. Jangan merasa kita sudah mempunyai banyak kelebihan, sebab kelebihan apa pun yang kita miliki, itu akan sia-sia kalau kita tidak mempersiapkannya dengan baik.

4. YOSUA 1:8, MAZMUR 1:1-3, DAN YOHANES 15:5
      Ketiga bagian firman Tuhan ini mutlak bagi orang percaya. Kita tidak bisa mengabaikan ketiga bagian firman Tuhan itu jika kita ingin dapat berbuat lebih baik di masa yang akan datang. Persiapan jasmani memang penting tetapi persiapan rohani juga penting dan tidak bisa kita tinggalkan.

  • YOSUA 1:8 dan MAZMUR 1:1-3

Inti dari kedua ayat tersebur adalah "merenungkan firman Tuhan". Matthew Henry menjelaskan, "Merenungkan firman Tuhan berarti bercakap-cakap dengan diri kita sendiri mengenai perkara-perkara besar yang terkandung di dalamnya ( = di dalam firman Tuhan), dengan niat ingin menerapkannya dalam kehidupan kita, dengan pikiran yang teguh, sampai perkara-perkara itu meresap benar dalam diri kita dan hingga kita mencium aroma serta mengalami kuasanya di dalam hati kita." Sudah pasti orang yang merenungkan firman Tuhan akan dipimpin olehnya dalam setiap perbuatannya. Oleh sebabitu bukan hal yang mustahil jika dia bisa berbuat lebih baik dan lebih banyak. Firman Tuhan memang bukan jawaban bagi persoalan-persoalan sekuler secara terinci. Misalnya, kita tidak akan menemukan jawaban atas masalah usaha apa nyang cocok di tempat kita supaya kita mendapat untung. Tetapi, firman Tuhan memberikan kekuatan, penghiburan, dorongan, hikmat dan prinsip-prinsip untuk kita bisa berbuat lebih dan kita tidak menjadi lemah. Untuk itu tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan firman Tuhan.
  • YOHANES 15:5
Ayat itu berbunyi,
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Jelas di katakan bahwa di luar Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Gambaran berada di luar Yesus adalah ranting yang dipotong dari batang pohon. Ranting itu tidak akan mendapat suplai makanan dan air. Dengan demikian dia tidak akan bisa berbuah. bukan hanya tidak bisa berbuah, dia juga akan layu dan mati. Itu artinya, ketika kita berada di luar Yesus, kita tidak mendapatkan air dan roti kehidupan, dan secara rohani kita pasti akan mati. Jika seperti itu bagaimana kita bisa berbuat lebih baik dan lebih banyak yang bisa menjadi berkat bagi sesama? Yesuslah sumber hikmat dan kekuatan untuk kita bisa berbuat lebih, maka milikilah hubungan secara pribadi denganNya.

KESIMPULAN
     Janganlah kita menjadi orang yang biasa-biasa saja dengan dalih yang sudah usang, "Hidup itu mengalir saja." Jangan juga kita melakukan hal yang biasa-biasa saja, seperti yang sudah-sudah. Kita harus berpikiran lebih maju. Kita harus berbuat sesuatu yang lebih. Sebab, dengan melakukan sesuatu yang lebih, kita akan menghasilkan sesuatu yang lebih juga, dan kita akan lebih bisa menjadi berkat bagi sesama. Untuk itu, agar kita bisa berbuat lebih, maka tumbuhkanlah iman dan kepercayaan diri, milikilah harapan dan semangat, lakukan perencanaan dan persiapan dengan matang, dan milikilah hubungan pribadi dengan Tuhan dan firmanNya.

Demikianlah beberapa kekuatan dan dorongan yang perlu kita tanamkan dalam diri kita supaya kita bisa berbuat lebih baik bagi sesama kita terlebih bagi Tuhan. Tuhan memberkati, Syalom.

Pemberitahuan!: Postingan ini di ambil dari Pelajaran khusus Renungan Harian Manna Sorgawi edisi Januari 2013!

No comments:

Post a Comment

Hosting Unlimited Indonesia